Senin, 29 Mei 2023
  • Ahlan wa sahlan di official website MTs Al Ma`had An Nur Bantul | Berprestasi, Berilmu, Berkepribadian Qur’ani, Unggul, dan Mandiri (PRESIDIUM)

Fenomena Pembelajaran Daring di Masa Pandemi

Dunia saat ini tengah digoncangkan dan dihebohkan dengan tantangan yang berat dan rumit, yaitu munculnya Pandemi Virus Corona-19. Hal itu dibuktikan dengan merongrongnya Pandemi Covid-19 di berbagai negara dunia, bahkan pandemi ini mampu menghambat dan melumpuhkan berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah pendidikan. Semua komponen yang berkaitan dengan pendidikan, baik pemerintah, satuan pendidikan, guru, siswa, dan orang tua dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan signifikan dan drastis yang diakibatkan wabah yang mematikan ini. Tidak sedikit persoalan dan permasalahan yang dihadapi oleh seluruh komponen pendidikan untuk menyelenggarakan kontinuitas pembelajaran sebagaimana mestinya. Kondisi ini mengakibatkan proses pembelajaran di sekolah mengalami kelumpuhan total.
Berdasarkan Data Pokok Kependidikan (Dapodik) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada bulan April 2020 melansir bahwa terdapat 534.630 satuan pendidikan yang terdampak kasus Covid-19 secara nasional. Kondisi ini melahirkan pilihan yang tidak bisa ditawar-tawar, yaitu melakukan pembelajaran dalam jaringan (daring). Pembelajaran daring ini diikuti oleh guru dan peserta didik dari rumah masing-masing melalui media online. Merujuk data yang dilansir oleh Dapodik Kemendikbud pada April 2020, bahwa terdapat 4.183.591 tenaga pengajar yang melakukan pembelajaran dari rumah (work from home). Sedangkan jumlah peserta didik adalah 68.729.037 dari seluruh jenjang. Kondisi ini mengakibatkan permasalahan serius dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan data di atas, keadaan tersebut juga terjadi di Yayasan MTs Al-Ma’had An-Nur, Ngrukem, Pendowoharjo, Sewon, Bantul, yang sebagian besar peserta didiknya adalah santri yang berdomisili di pondok pesantren. Pihak sekolah berkoordinasi dengan pondok pesantren memutuskan untuk memulangkan mereka dan melaksanakan pembelajaran daring sejak bulan maret sampai sekarang, kendati sekarang mereka telah kembali lagi ke pondok secara bergelombang. Hal itu ditempuh dan dilakukan dalam rangka memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19. Kondisi tersebut menuntut pihak sekolah untuk membuat inovasi baru dalam hal pembelajaran. Pihak sekolah pun akhirnya berusaha memberikan inovasi pembelajaran yang efektif dan efisien dengan cara mengimplementasikan pembelajaran daring melalui aplikasi google classroom. Bahkan ada beberapa guru yang membuat video pembelajaran. “Kita sebagai guru harus berusaha yang terbaik selama pembelajaran daring di masa pandemi ini demi menciptakan pembelajaran yang efektif dan berkualitas” Tegas Bapak Abdul Kirom, S.Th,I. M.Hum selaku kepala madrasah MTs Al-Ma’had An-Nur.
Berbagai cara ditempuh pihak sekolah demi menciptakan pembelajaran daring yang efektif dan efisien, salah satunya adalah mengadakan pelatihan penggunaan aplikasi google classroom kepada segenap dewan guru. Pelatihan tersebut dilaksanakan pada awal semester ganjil tepatnya pada bulan Juli tahun ajaran 2020/2021, seminggu sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai dan aktif. Hal itu dilaksanakan guna membekali guru agar tidak gagap dan kaku dalam menggunakan teknologi. Selain itu, pihak sekolah juga mengadakan rapat rutinan setiap bulan untuk mengevaluasi pembelajaran yang telah berjalan demi meningkatkan kualitas mutu pembelajaran. Bapak Abdul Kirom tak henti-hentinya menghimbau dan mengajak kepada segenap dewan guru untuk mengikuti rapat rutinan. Himbauan tersebut merupakan suatu keharusan yang harus dipatuhi oleh segenap dewan guru agar rapat rutinan tersebut dapat menciptakan hubungan solidaritas dan sebagai wadah komunikasi, koordinasi serta kegiatan saling bertukar pikiran antar guru sehingga akhirnya mampu mengumpulkan informasi berkaitan dengan kemajuan, perkembangan dan pencapaian belajar peserta didik serta keefektifan pendidik dalam mengajar. “Kita harus mengadakan pertemuan rutin seperti ini, meskipun hanya sebentar dan pembahasannya itu-itu saja” tutur Pak Kirom kepada segenap dewan guru.
Meskipun demikian, pelaksanaan pembelajaran daring bukan tanpa masalah. Menurut penjelasan para wali kelas dan dewan guru MTs Al-Ma’had An-Nur bahwa peserta didik yang sebagian besar berasal dari luar Jawa banyak yang mengeluh paket kuota internet habis sehingga mereka harus membelinya di tempat yang relatif jauh. Ironisnya, mereka juga mengeluh membeli kuota internet secara terus menerus. Hal itu sesuai dengan penelitian M. Wahyudi (2020), bahwa fakta di lapangan berkaitan dengan kewajiban belajar di rumah menjadi kendala serius dan memperhatinkan khususnya bagi peserta didik dari kalangan yang kurang beruntung secara ekonomi. Mereka sering mengeluhkan habisnya paket kuota internet. Di samping itu, menurut dewan guru MTs Al-Ma’had An-Nur, mereka juga mengalami keterbatasan jaringan internet, dikarenakan daerah mereka berada di pelosok. Fakta tersebut diungkapkan oleh Tim Kompas (2020), laporan dari sejumlah daerah di Indonesia menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran daring belum berjalan optimal, terutama di daerah pelosok dengan teknologi dan jaringan internet terbatas. Lebih lanjut, Tim Kompas menambahkan bahwa belum tersedianya fasilitas dan infrastruktur sekolah yang memadai, kurangnya kreatifitas dan kemahiran guru dalam mengajar secara daring, serta kurangnya ketersediaan sarana smartphone menjadi persoalan lain dalam penerapan pembelajaran daring di Indonesia.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Purwanto (2020), yaitu terdapat beberapa kendala yang dialami oleh peserta didik, guru dan orang tua dalam kegiatan belajar mengajar daring yaitu penguasaan teknologi masih kurang, penambahan biaya kuota internet, adanya pekerjan tambahan bagi orang tua dalam mendampingi anak belajar, komunikasi dan sosialisasi antar peserta didik, guru, dan orang tua menjadi berkurang serta jam kerja yang menjadi tidak terbatas bagi guru karena harus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan orang tua dan guru lain. Selain itu, seiring berjalannya waktu muncul banyak permasalahan dalam implementasi pembelajaran daring. Di antaranya sebagaimana yang dikemukakan oleh dewan guru MTs Al-Ma’had An-Nur, ada segelintir siswa yang keberadaannya tidak dapat diketahui dan dipantau. Penyebabnya adalah peserta didik tersebut tidak memiliki smartphone dan orang tuanya pun tidak pernah memberikan konfirmasi atau kejelasan kepada pihak sekolah. Namun lambat laun permasalahan tersebut akhirnya dapat menemukan titik temu. Selain itu, menurut keterangan salah satu guru MTs Al-Ma’had An-Nur, banyak peserta didik yang tidak mengikuti kegiatan pembelajaran daring lantaran mereka tidak paham, bosan dan jenuh dengan model pembelajaran yang tengah berjalan. Bahkan tugas yang diberikan guru tidak dikerjakan. “Banyak peserta didik yang tidak mengikuti pembelajaran daring di google classroom sesuai jadwal dan waktu yang telah ditentukan, kendati demikian saya tetap mendorong mereka melalui grup whatsapp untuk mengisi presensi dan mengikuti pembelajaran di google classroom kapanpun waktunya. Bahkan ironisnya, Mas, mereka banyak yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru” ujar Pak Suryanta kepada penulis.
Kondisi tersebut sejalan dengan hasil riset Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada bulan Maret 2020 dengan subyek peserta didik usia 12-17 tahun (69% perempuan dan 31% laki-laki). Hasil menunjukkan bahwa 58% peserta didik tidak suka menjalani program belajar dari rumah. Faktor penyebabnya adalah peserta didik menganggap bahwa komunikasi dengan teman menjadi terbatas, mereka mengalami keterbatasan teknologi berupa fasilitas internet maupun buku elektronik. Mereka juga menganggap bahwa sekolah tidak memiliki program yang baik untuk sistem belajar di rumah. Sekolah dan guru hanya memberikan tugas secara beruntun sesuai rencana dan materi pelajaran dalam kondisi non-pandemi/kondisi biasa (Satriawan, 2020).
Komisi Perlindungan Anak Indonesia juga melaporkan bahwa mereka telah menerima sebanyak 213 pengaduan peserta didik dan orang tua di berbagai daerah terkait pembelajaran daring. Kebanyakan peserta didik melaporkan perihal tugas harian yang diberikan guru yang dianggap berat sementara waktu pengerjaan relatif pendek. Oleh karena itu, Ibu Binar Susanti selaku Wakil Kepala Sekolah (Waka) Kurikulum MTs Al-Ma’had An-Nur, menegaskan kepada segenap dewan guru untuk tidak memberikan tugas yang begitu berat kepada peserta didik. Menurutnya, pemberian tugas yang menumpuk dapat menjadikan beban yang amat berat dan membuat anak semakin stress. Selain itu, proses pembelajaran daring terasa semakin berat bagi peserta didik yang tidak memiliki kuota internet, atau bahkan mereka yang tidak memiliki smartphone. Fenomena yang demikian itu dilontarkan oleh dewan guru MTs Al-Ma’had An-Nur, bahwa tidak sedikit peserta didik yang tidak memiliki smartphone. Artinya, sudah barang tentu mereka dalam mengikuti pembelajaran daring hanya mengandalkan smartphone orang tuanya. Permasalahannya adalah smartphone tersebut dibawa orang tuanya kerja sehingga mereka seringkali telat dalam melakukan presensi dan mengikuti pembelajaran daring. Hal tersebut diketauhi oleh guru MTs Al-Ma’had An-Nur lantaran mereka mengemukakan dan mengadukan permasalahan tersebut.
Berdasarkan data dan informasi yang telah dihidangkan, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran daring merupakan solusi terbaik dalam kondisi saat ini, kendati sebenarnya di dalam penerapannya masih banyak tantangan, kendala maupun kekurangan. Meskipun demikian, patut diduga bahwa ada satu hal yang menjadi pendukung atau pendorong positif, yaitu semakin tinggi angka pengguna smartphone mendorong kemudahan bagi siapapun dalam mengakses internet secara massif dan lebih luas sehingga menyebabkan teknologi beralih menjadi kebutuhan primer dan dinilai sangat penting dalam kehidupan.
Semoga pandemi yang masih menyelimuti seluruh penjuru dunia ini segera sirna dari muka bumi sehingga seluruh aktivitas dapat berjalan normal seperti biasanya, baik pendidikan, sosial, ekonomi maupun politik, utamanya yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu kegiatan belajar mengajar dapat berjalan secara langsung dengan tatap muka agar guru dapat memperhatikan dan melihat perkembangan peserta didik serta dapat menyampaikan materi kepada mereka dengan baik dan jelas. “Semoga pandemi ini segera usai sehingga pembelajaran dapat berjalan secara langsung dengan tatap muka” ujar Pak Suryanta.
DIAH AGUSTINA

Tulisan Lainnya

Oleh : DIAH AGUSTINA

Sosok Guru Inspiratif

Oleh : DIAH AGUSTINA

OBSESI WAKTU

0 Komentar

KELUAR